Program Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 11 ( Koneksi Antar Materi - Kesimpulan dan Refleksi Modul 1.1 )

Post by : wendiz | Post date : 02 Jul 2024
Program Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 11 ( Koneksi Antar Materi - Kesimpulan dan Refleksi Modul 1.1 ) suryakencana cbm kota sukabumi

Program Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 11

Koneksi Antar Materi - Kesimpulan dan Refleksi Modul 1.1

 

(1 Juli 2024 - Oleh: Yani Nurlaila | Guru SDN Suryakencana CBM Kota Sukabumi, Jawa Barat)

 

Bismillah. Salam Guru Penggerak!

Perkenalkan nama saya Yani Nurlaila, Calon Guru Penggerak (CGP) Angkatan 11 Kelas A 318 Kota Sukabumi, saat ini bertugas sebagai guru kelas di SDN Suryakencana CBM Kota Sukabumi. Pada artikel ini, saya akan memaparkan kesimpulan dan penjelasan mengenai pemikiran-pemikiran Ki Hadjar Dewantara, serta refleksi dari pengetahuan dan pengalaman baru yang diperoleh dari Modul 1.1 Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara.

 

Terhitung mulai tanggal 13 Juni 2024, saya memulai kegiatan Program Pendidikan Guru Penggerak (PGP) Angkatan 11, diawali dengan Modul 1.1 mengenai Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara. Melalui modul ini saya dapat mengenal, memahami, menganalisis, dan mendemonstrasikan konsep-konsep pemikiran filosofi dari bapak pelopor pendidikan yakni Ki Hadjar Dewantara dan relevansinya dengan penerapan pendidikan abad ke-21 pada konteks lokal (nilai-nilai luhur sosial-budaya) dan konteks pendidikan, yang menitikberatkan pada pembelajaran yang berpihak pada murid. Modul 1.1 ini menjadi titik awal peserta CGP sebagai agen perubahan dan pemimpin pembelajaran dalam transformasi pendidikan di sekolah.

 

Berbicara tentang bapak pelopor pendidikan Ki Hadjar Dewantara (KHD), tentu sudah familiar dengan sistem among yang memiliki tiga asas yaitu: Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, dan Tut Wuri Handayani, yang artinya ketika berada di depan harus mampu menjadi teladan, ketika berada di tengah-tengah harus mampu membangun semangat, dan ketika berada di belakang harus mampu memberi dorongan kepada orang-orang dan pihak-pihak yang dipimpin.

Sebelumnya, saya sudah mengetahui bahwa pendidikan dan pengajaran tidaklah sama. Ki Hadjar Dewantara (KHD) menjelaskan bahwa pengajaran merupakan bagian dari pendidikan atau proses pendidikan dalam memberi ilmu untuk kecakapan hidup anak secara lahir dan batin, sehingga tidak hanya sekedar proses transfer ilmu ataupun penguasaan murid terhadap ilmu pengetahuan dan keterampilan saja. Sedangkan pendidikan adalah menuntun atau memberi tuntunan terhadap segala kodrat yang dimiliki anak, agar ia mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya, baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat.

Seyogyanya, pendidikan dapat menciptakan ruang bagi murid untuk bertumbuh secara utuh, sehingga mereka mampu memuliakan dirinya dan orang lain. Sehingga melalui pendidikan, murid akan menjadi manusia yang paripurna, manusia yang merdeka lahir dan batin, manusia yang tidak bergantung pada orang lain, dan bisa bersandar pada kekuatannya sendiri (kodratnya).

Selanjutnya konsep yang dicetuskan KHD adalah pendidikan yang holistik, mencakup fisik, intelektual, sosial, emosional, dan spiritual. Pendidikan yang diarahkan untuk membentuk budi pekerti atau karakter dan moral yang baik dalam diri setiap murid. KHD juga menggaungkan bahwa pendidikan seharusnya disesuaikan dengan kodrat alam dan zamannya. 

 

Apa yang Anda percaya tentang murid dan pembelajaran di kelas sebelum Anda mempelajari modul 1.1?

Sebagai seorang guru kelas, awalnya saya percaya telah memberikan layanan prima terhadap murid yang saya didik. Namun nyatanya saya masih jauh dari sosok guru ideal. Saya memiliki kekurangan, kelemahan, dan kealpaan khususnya dalam mendidik murid di sekolah. Meskipun saya sudah terbiasa menjalankan pembelajaran yang dapat mengembangkan kompetensi Abad 21, pembelajaran yang menyenangkan, serta mengintegrasikan bermain sambil belajar, namun itu tidak cukup!

Saya harus mengakui bahwa saat proses pembelajaran di kelas, saya memberikan informasi kepada seluruh murid dalam bentuk klasikal, menggeneralisasi gaya belajar setiap murid, model pembelajaran yang diberikan pun kurang bervariatif, akibatnya setiap murid mendapatkan treatment yang sama.

Saya memercayai bahwa guru adalah pusat pembelajaran, hal lumrah jika anak menggantungkan sumber belajar pada materi yang disampaikan guru, sehingga pembelajaran di kelas pun masih berpusat pada guru (Teacher Centered). Saya masih sering memposisikan murid sebagai objek dalam pembelajaran, bukanlah subjek. Saya mengamati selama proses berlangsung, hanya segelintir murid saja yang aktif, baik dalam pembelajaran, diskusi kelompok, presentasi, dan tanya jawab. Sedangkan murid lainnya menunjukkan sikap pasif.

Saya juga cenderung bertumpu terbatas pada teori atau penguasaan konseptual, serta condong ke dimensi pengetahuan (cognitive oriented). Seakan mengagungkan intelektualitas, sehingga kurang memprioritaskan keunikan atau kodrat alam tiap murid. Saya memiliki kepercayaan bahwa murid yang pintar adalah murid yang hasil asesmennya bagus, yang mana hasil belajar murid lebih banyak didasarkan pada aspek pengetahuan dan keterampilan. Saya menganggap bahwa target kurikulum, ketuntasan dalam penyampaian materi, serta penguasaan murid terhadap materi sangatlah penting. Saya juga menganggap jika murid sudah mencapai Kriteria Ketercapaian Tujuan Pembelajaran (KKTP) yang ditetapkan, maka pembelajaran sudah berhasil. Untuk meningkatkan hasil belajar yang rendah, dapat dilakukan dengan kegiatan remedial ataupun penugasan tambahan. Saya mengharapkan setiap murid memiliki kemampuan dan menguasai standar pengetahuan yang sama.

Ternyata, alih-alih menuntun, saya lebih sering menuntut. Saya menyadari bahwa apa yang telah saya lakukan dapat membuat murid merasa terbebani dan menurunkan motivasinya mengikuti kegiatan pembelajaran di kelas.

 

Apa yang berubah dari pemikiran atau perilaku Anda setelah mempelajari Modul 1.1?

Selama ini, pengetahuan saya terhadap konsep filosofis pembelajaran masih kurang, dengan mengikuti kegiatan PGP angkatan 11 ini, saya dapat mengetahui konsep dan implementasi pemikiran Ki Hajar Dewantara dalam proses pembelajaran di kelas. Saya juga mempelajari strategi pelaksanaan implementasi nilai-nilai luhur ajaran KHD untuk mengembangkan karakter murid, serta pembahasan mendalam tentang pembelajaran yang berpihak pada murid

Dapat dikatakan bahwa pandangan saya berubah signifikan, banyak hal yang saya yakini maupun lakukan selama ini adalah sebuah kekeliruan, bahkan bertolak belakang dengan pemikiran KHD.

KHD menyebutkan bahwa hidup tumbuhnya anak terletak di luar kecakapan atau kehendak kaum pendidik. Murid hidup dan tumbuh menurut kodratnya sendiri, kita sebagai pendidik hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak, agar dapat memperbaiki laku anak, bukan dasarnya. Hal ini berkaitan dengan sistem among.

Semua anak memiliki kodrat, keunikan dan potensi berbeda-beda, sejatinya proses pembelajaran yang dilakukan dapat mengakomodir kebutuhan belajar murid. Hal ini dapat terpenuhi dengan cara mempelajari dan memahami karakteristik murid, memerhatikan perbedaan yang ada pada mereka seperti gaya belajar, kemampuan awal, minat bakat, dan potensinya. Tentunya pembelajaran harus disesuaikan dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Hal ini merupakan implikasi dari berhamba pada anak, dalam arti guru mengutamakan kebutuhan murid dan senantiasa tulus ikhlas penuh kesabaran dalam memberikan pelayanan kepada mereka.

Murid bukanlah objek, namun subjek pembelajaran sehingga pembelajaran harus berpihak pada murid (student centered), agar mereka lebih bebas berekspresi, menyampaikan pendapat, dan berkreativitas. Guru bukan satu-satunya sumber belajar, peran guru adalah sebagai fasilitator pembelajaran, seorang pamong, sang teladan.

Selain itu, saya tidak boleh hanya berfokus pada kemampuan kognitif saja, tetapi juga harus dapat mendampingi murid mengembangkan kemampuan fisik, sosial, emosional, dan spiritualnya, serta membudayakan pendidikan karakter baik di kelas maupun sekolah.

 

Apa yang dapat segera Anda terapkan lebih baik agar kelas Anda mencerminkan pemikiran KHD?

Banyak sekali pemikiran KHD yang harus diinternalisasikan dalam diri saya dan diimplementasikan dalam keseharian saya sebagai guru. Saya harus memposisikan diri sebagai penuntun, bukan penuntut. Pemikiran KHD memotivasi saya untuk terus bergerak melaksanakan pendidikan yang memberi kebahagiaan pada murid.

Saya akan membiasakan melaksanakan asesmen diagnostik untuk mengidentifikasi kemampuan dasar, kondisi awal, kompetensi, kekuatan, dan kelemahan murid. Mengenal karakter dan latar belakang murid dengan membangun komunikasi yang baik. Berusaha mengenal setiap murid secara personal untuk memahami keunikan yang dimiliki mereka, sehingga pengajaran yang diberikan dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan mereka.

Kemudian saya akan mempersiapkan, menyusun perangkat, serta kelengkapan proses pembelajaran yang menarik, interaktif, dan bervariasi sesuai kebutuhan, kemampuan, dan keunikan murid, termasuk memanfaatkan lingkungan dan kearifan lokal sebagai sumber belajar. Saya akan mempelajari dan mencoba menerapkan pembelajaran berdiferensiasi yang memfokuskan pada kebutuhan belajar setiap murid dan mengakomodir keberagaman mereka, pembelajaran yang berpihak pada murid (Student Centered) yang melibatkan murid, terus menerapkan pembelajaran yang mengembangkan kompetensi abad 21 dengan mengadopsi teknologi dalam pembelajaran, sesuai kodrat zaman anak masa kini yang notabene generasi Alpha.

Selain itu, saya akan membudayakan untuk mengawali pembelajaran dengan kesepakatan kelas, agar siswa tidak merasa terpaksa dan lebih bertanggung jawab dalam melaksanakan kesepakatan.

Saya akan memberikan kebebasan kepada murid untuk mengeksplorasi potensi yang dimiliki, mendorong mereka untuk mengembangkan kreativitasnya masing-masing, serta berusaha memberikan pendidikan yang melibatkan pengalaman nyata. Saya juga akan terus mengintegrasikan bermain sambil belajar karena bermain merupakan kodrat anak, menyisipkan nilai-nilai budaya dalam pembelajaran, memprioritaskan pendidikan karakter dengan menanamkan nilai-nilai budi pekerti, agar nantinya murid tidak hanya cakap secara intelektual saja, namun juga cakap secara sosial-emosional.

Saya sendiri harus mampu menjadi teladan bagi murid dalam penanaman nilai karakter, seperti disiplin, berpenampilan rapi, tepat waktu, baik dalam bersikap maupun bertutur kata, terlibat aktif dalam kegiatan/program sekolah, membudayakan kebiasaan 5S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan, dan Santun) dalam keseharian, lebih sabar dan ikhlas dalam mendampingi murid, serta memberikan pelayanan yang terbaik bagi mereka.

Saya berharap sekaligus bertekad untuk menjadi seorang guru yang menjiwai semangat Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, dan Tut Wuri Handayani. Sehingga saya dapat berperan sebagai penuntun, mengamongi murid, menumbuhkan rasa nyaman bukan rasa takut. Menjadi guru yang dicintai, disegani, dihormati, dirindukan. Guru yang bisa mengantarkan murid mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya, sebagaimana tujuan pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara.

 

Sekian pemaparan dari saya mengenai Kesimpulan dan refleksi Modul 1.1.

Terima Kasih.

 

Salam Guru Penggerak.

“Tergerak, Bergerak, Menggerakkan”

 

Yani Nurlaila, S.Pd., Gr.

CGP Angkatan 11 Kelas A 318 Kota Sukabumi, Jawa Barat




Bilih bade di share :

© 2018 Wendiz@SDN Suryakencana CBM. All rights reserved.